Rabu, 28 Juli 2010

APLIKASI HIPNOTERAPI DALAM TERAPI GIZI DAN MEDIS MASA KINI

oleh
Walujo Soerjodibroto




Perhatitan gambar diatas ini. Kalau saya menyatakan ini adalah gambar bola apakah anda setuju? Pasti tidak!

Apa yang sebenarnya terjadi? Otak / “pikiran-sadar” anda menerima informasi (audio dan visual) tentang gambar ini. “Otak-sadar” anda selanjutnya meneruskan informasi ini ke “pikiran bawah-sadar”. Namun di memori (“kamus”) bawah-sadar anda, bola itu berbentuk sangat berbeda dengan gambar diatas. Dengan demikian anda menolak informasi (sugesti) yang saya berikan ini.




Badan kita (manusia) ini dikontrol oleh “pikiran-sadar” (concious mind) dan “pikiran bawah-sadar” (sub-concious mind). Banyak yang tidak menyadari kalau pengaruh kontrol “pikiran sadar” hanya sekitar 12% saja, sedangkan yang 88% adalah kontrol dari “pikiran bawah-sadar”. Pikiran “bawah-sadar” inilah yang membentuk mindset serta kepribadian seseorang. Ini pula yang melaksanakan kontrol terhadap “saraf tak-sadar” (saraf simpatis dan para-simpatis), seluruh fungsi fisiologis tubuh, membentuk instink / naluri, dan banyak lagi.


Salah satu contoh kontrol tersebut dapat dilihat pada saat kita berlari. Semakin lama berlari, semakin cepat jantung berdenyut. Secara otomatis jantung menyesuaikan iramanya dengan lama dan kecepatan lari kita. Dan itu semua berlangsung tanpa kontrol pikiran sadar. Contoh lain adalah bilamana kita menolak disuruh membuka pakaian di tempat umum. Didalam “kamus” midset kita tidak tersimpan memori seperti ini, maka kita langsung menolaknya. “Pikiran bawah-sadar” itu tidak bisa / sangat sukar sekali dipengaruhi, dan inilah yang antara lain menyebabkan kepribadian seseorang (yang normal) itu tidak bisa / sangat sukar sekali berubah.

Semua informasi yang diterima “pikiran-sadar” itu harus melewati / menembus suatu filter yang amat kuat yang disebut critical factor (CF) untuk dapat mencapai “pikiran bawah-sadar”. CF ini menyaring semua informasi yang diterima oleh panca-indera. Bilamana informasi itu tidak sesuai dengan “kamus” memori bawah-sadar, informasi tadi akan langsung ditolak.




Merubah program bawah-sadar / mindset seseorang walaupun sangat susah, tetapi masih bisa dilakukan. Salah satu caranya adalah dengan methoda brain-washing, yakni pemberian “pengertian baru” kepada seseorang (korban) secara terus-menrus dan ber-kesinambung-an. Kalau sampai orang tersebut menolak informasi yang ia terima, ia langsung disiksa / di-listrik dsb. Lama-kelamaan mindset orang ini berubah sesuai dengan “pengertian baru” yang dipaksakan padanya tsb.

Cara yang lebih manusiawi adalah yang dijalankan di ABRI, yakni dengan cara penegakkan disiplin (ABRI). Disini, perilaku yang diharapkan (seperti keadaan fisik dan mental yang prima, daya tahan yang tinggi, disiplin kuat, patuh menuruti perintah pimpinan dll) “dipaksakan” kepada mereka (calon ABRI). Apabila mereka tidak melaksanakannya dengan benar, mendapat hukuman. Sebaliknya, bilamana mereka melaksankannya dengan baik dan benar, mendapat pujian. Hanya dalam waktu sekitar 6 bulan saja, perilaku dan mindset mereka bisa berubah sesuai dengan yang diharapkan.




Orang gemuk (apalagi yang sudah obese) sudah bertahun-tahun memiliki mindset dan perilaku (termasuk perilaku makan) yang sudah sudah mantap (tetapi keliru). Kalau ia datang pada dokter ahli gizi (ahli gizi lain), lazimnya akan memperoleh konsultasi gizi. Orang tersebut pasti mengerti akan informasi tentang “makanan seimbang” yang dianjurkan padanya. Dengan sopan ia mendengarkan, serta berjanji akan melaksanakannya semua anjuran tsb. Tetapi mindset -nya jelas-jelas menolak (karena tidak sesuai dengan “kamus” bawah-sadarnya).

Hampir pasti konsultasi gizi (gaya klasik) seperti ini kurang memiliki keberhasilan, dan bahkan bisa gagal total. Dengan pemberian obat pelangsing atau dilakukan “treatment”tertentu, BB juga bisa turun. Tetapi ini semua hanya bersifat sementara saja. Kalau semua ini dihentikan, ia akan segera kembali gemuk seperti semula.



Yang mungkin bisa lebih memberi keberhasilan yang lebih baik adalah bilamana dilakukan behaviour modification, yakni konsultasi (gizi) dan diskusi yang berulang-ulang secara berkala dan berkelanjutan. Tetapi methoda ini selain makan waktu yang sangat lama (bisa berbulan-bulan), hasilnyapun sering sekali tidak memuaskan.

Seorang dokter (atau ahli hipnoterapi lainnya) dengan tehnik hipnoterapi dapat membuka critical factor (CF) pasien. Bilamana CF bisa sedikit terbuka, sugesti (= konsultasi gizi) dengan relatif mudah bisa menembus barrier ini dan mencapai “pikiran-bawah sadar” pasien. Dengan cara ini, mindset dan perilaku makan (yang keliru) pasien dapat dipengaruhi dan diperbaiki.

Namun hanya sekitar 10% orang saja sangat mudah di hipnotis (disebut golongan 10%), sedang 85% adalah mereka yang tergolong sedang sampai sukar dihipnotis. Bahkan ada sekitar 5% orang (golongan 5%) sangat sukar / hampir tidak mungkin dihipnotis.

Sering sekali kita dibuat terkagum-kagum melihat seorang ahli hipnotis panggung menyuruh seorang “sukalerawan” (orang yang dihipnotis = “suyet”) melakukan tindakan-tindakan konyol dan lucu di panggung atau di media elektronik. Ini bisa dimungkinkan karena para suyet tadi (diam-diam sudah diseleksi terlebih dahulu) adalah kesemuanya dari golongan 10% (sangat mudah dihipnotis).



Kita semua menikmati pertunjukkan yang menarik dan “lucu” ini. Bahkan ada suyet yang sampai mau membeberkan didepan penonton hal-hal yang sifatnya sangat pribadi (dan bahkan aib). Namun hal yang demikian ini sebenarnya sudah melanggar etika kemanusiaan, walaupun alasannya karena suyet tersebut telah memberi ijin (= mendapat bayaran?). Alasan demikian ini seharusnya tidak boleh diterima. Seperti halnya bilamana kita menyuruh orang membuka pakaian di tempat umum (= membuka aib), dan dia bersedia melakukannya (karena besar bayarannya), apakah tindakan seperti ini bisa dibenarkan?

Persetujuan dari suyet seharusnya dimintakan saat sebelum pertunjukan dimulai, dimana “pikiran bawah-sadar” masih belum terpengaruhi. Yang tidak etis adalah apabila persetujuan dimintakan setelah pertunjukan usai. Dalam keadaan yang demikian ini pengaruh terhadap “pikiran bawah-sadar” masih belum hilang sepenuhnya (apalagi kalau sampai suyet disugesti untuk harus mematuhi perintah).


Hinoterapi terhadap pasien (= treatment) itu umumnya lebih sulit dilakukan. Hanya sekitar 10% pasien yang sangat mudah di-hipnotis (yakni yang setara dengan yang dipakai untuk pertunjukan). Pada umumnya (85%) mereka adalah golongan sedang sampai sulit dihipnotis, dan bahkan 5% adalah golongan yang sangat sulit. Selain itu, banyak pasien yang walaupun CF nya bisa ditembus, namun tidak bisa terbuka bebas. Ini berarti, walau pasien tersebut sudah dalam keadaan trance, ia masih kurang (dan bahkan tidak) mau menerima sugesti. Untuk mengatasi kesulitan ini, sering diperlukan tehnik / upaya khusus agar sugesti bisa lebih behasil.

Namun bilamana hipnoterapi pada pasien bisa dilakukan dengan sukses, hasilnya memang sangat menakjubkan! Pada saat pasien dalam keadaan trance, dokter (atau ahli lain) pada saat bersamaan bila melaksanakan berbagai tindakan medis lain, seperti konsultasi gizi (langsung ditujukan ke bawah-sadar), mesoterapi, aquapunktur, bahkan minor surgery.




Ini semua bisa dilakukan tanpa memerlukan penggunaan anastesi (yang kadang bisa merugikan kondisi pasien), dan si pasien tetap dalam keadaan nyaman dan aman.

Walau hipnoterapi itu berasal dari ilmu lama, tetapi kini sudah banyak diteliti, samakin diminati, dan sangat mampu di-aplikasi-kan di dunia kedokteran modern masa kini.